"Sesungguhnya telah ada pada diri (Rasulullah) itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah". (Qur’an Surat: Al Ahzab: 21)

PEMERIKSAAN CRACK PADA MATERIAL DENGAN METODE NDT DYE PENETRAN TESTING  

Sabtu, 21 Juni 2008


Metode penetran cair digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan seperti retak, porositas, laminasi, dan cacat—cacat yang lain karena proses welding, forging, manufaktur dsb. Prinsip kerjanya adalah fenomena kapilaritas. Karena fenomena inilah memungkinkan cairan yang tertinggal dalam lubang yang sempit tertarik dan muncul ke permukaan. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sedehana, luas penggunannya dan merupakan uji tanpa merusak tertua. Beberapa peralatan yang dipakai adalah bahan penetran, cleaner, developer dan kain atau majun. Langkah pertama yang dilakukan adalah precleaning yang merupakan pembersihan awal material dari sesuatu yang menutup permukaan benda uji seperti debu, cat, kerak dsb.

Beberapa bahan yang direkomendasikan untuk melakukan precleaning seperti detergen, solvent, uap air dan bahan pelarut lainnya. Setelah material tersebut kering dari cairan pembersih, langkah selanjutnya adalah melakukan aplikasi penetran dengan menyemprotkan pada area material yang disinyalir adanya retak. Setelah itu dibiarkan beberapa menit sampai cairan penetran masuk ke celah retak tersebut. Waktu tunggunya sekitar 5 sampai 30 menit. Pembersihan penetran berlebih yang tidak masuk ke celah cacat dilakukan setelah dwell time terpenuhi. Proses pembersihan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan air, emulsifier, atau solvent. Setelah pembersihan penetran permukaan obyek uji perlu dikeringkan terutama jika menggunakan developer bubuk kering. Pengeringan berlebih dapat merugikan karena penetran dalam celah retak menjadi kering dan sulit untuk tertarik keluar. Pengeringan untuk air dan emulsifier dilakukan dengan ditiriskan secara natural, dilap dengan kain bersih, dan dianginkan mengunakan blower. Sedangkan pengeringan solvent biasanya dilap dengan kain bersih yang kering dan dikeringkan secara natural. Ketika developer digunakan pada benda uji, maka permukaannya harus kering dan tidak lengket serta menggumpal. Developer harus berwarna terang dan kontras dengan penetran untuk memudahkan pengamatan. Penggunaan developer dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dibenamkan (Dipping), soft bush, Hand powder bulb, dan sebagainya. Dwell time developer adalah waktu yang dibutuhkan untuk development, mulai dari pemberian developer sampai dibolehkan untuk evaluasi. Menurut ASTM E-165 dan ASME V art 6 maka dwell time developer adalah 7 menit. Tahap interpretasi dilakukan jika dwell time developer telah terpenuhi dengan mengamati bentuk, ukuran dan lokasi indikasi. Jika indikasi cacat terlihat berwarna merah tua, maka indikasi telah benar dan tidak ada kesalahan dalam pemberian developer. Sebaliknya Jika indikasi berwarna merah muda dan warna background tidak ada, maka hal ini menunjukkan terjadinya over wash atau developer terlalu tebal. Setelah obyek uji selesai diperiksa, maka permukaannya harus dibersihkan untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh sisa cairan penetran dan developer. Metode dan teknik yang digunakan yaitu dilap dengan kain yang dibasahi air untuk penetran waterwashable, atau lap kain yang dibasahi solvent.

[+/-] Selengkapnya...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


MENERAPKAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF DI PEMBANGKIT  

Kamis, 12 Juni 2008

1. Pendahuluan

Kesehatan mesin merupakan hal yang penting didalam pengoperasian suatu peralatan. Agar mesin dalam kondisi yang prima maka perlu dilakukan pemeliharaan dengan baik dan benar. Pemeliharaan yang rutin serta pemeriksaan kondisi mesin akan mengurangi terjadinya kerusakan yang fatal. Salah satu bentuk pemeliharaan preventif adalah dengan melakukan pemeliharaan prediktif.

Pemeliharaan prediktif memerlukan keahlian khusus bagi personil yang melakukannya. Hal ini untuk memeastikan mutu kerja dapat dipertanggungjawabkan. Pemeliharaan prediktif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

2. Pemantauan temperatur dengan alat pengukur suhuTemperatur merupakan salah satu parameter yang menunjukkan adanya energi panas pada suatu daerah diukur. Kenaikan suhu yang tidak normal merupakan tanda adanya kelainan, kebocoran atau kerusakan isolasi. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan termokopel yang sudah terpasang pada peralatan tersebut atau dapat juga dilakukan dengan infrared thermograp. Dengan infrared thermograph kita dapat melakukan pegukuran tanpa harus menyentuh sensor ke peralatan yang akan diukur.

Penggunaan thermograph membantu kita menentukan adanya kebocoran isolasi pada dinding turbin, boiler sehingga kerugian panas dapat dicegah. Disamping itu hot spot pada isolator penghantar atau circuit breaker 6 kV maupun 150 kV dapat dideteksi.

Pemantauan peralatan ini dapat dilakukan dengan mencatat data suhu tersebut dalam suatu format monitoring. Pengambilan data sebaiknya dilakukan setiap minggu secara rutin. Kemudian dalam satu bulan dibuat kecenderungan grafik suhu yang diukur. Dengan pemantauan mingguan maka kelaianan yang terjadi pada peralatan saat operasi dapat diketahui secara cepat. Dengan demikian hal ini mencegah terjadinya breakdown maintenance yang memakan waktu lebih lama serta juga cost yang tinggi.

3. Pemantauan Minyak Pelumas

Minyak pelumas digunakan melumasi bagian-bagian mesin untuk menghindari kontak langsung antara logam-dengan logam. Pada bantalan turbin, pelumas membentuk lapisan film yang mampu menahan beban turbin. Selain digunakan sebagai pelumas turbin, minyak pelumas turbin juga digunakan sebagai minyak hidrolik untuk menggerakkan governor valve dan tripping valve. Oleh karenanya persyaratan untuk pelumas tersebut harus teliti dan memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

Disamping itu minyak pelumas, minyak trafo juga harus dipantau untuk mencegah terjadinya short circuit akibat minyak yang sudah tidak memenuhi standar. Tentunya criteria untuk minyak pelumas berbeda-beda tergantung penggunaannya.

Pemantauan minyak pelumas untuk mesin-mesin yang berputar seperti pompa dan turbin, dilakukan secara rutin setiap bulan. Dengan mengambil sedikit sample minyak maka dilakukan pemeriksaan minyak pelumas seperti kandungan logam, keasaman, viskositas dan busa. Kemudian pencatatan rekam pelumas untuk masing-masing peralatan dilakukan dengan rapi dan disimpan dalam file database. Hal ini untuk memudahkan pemantauan keadaan pelumas setiap bulan. Dengan memonitor setiap bulan keausan yang terjadi pada mesin dapat diperkecil bahkan bisa dihindari. Grafik untuk kondisi pelumas suatu mesin membantu kita untuk mengetahui kecenderungan kapan pelumas tersebut harus diganti.

Sedangkan pada minyak trafo, pemantauannya dilakukan dengan melihat banyaknya circuit breaker bekerja open dan close. Pemeriksaan minyak dilakukan saat trafo tidak beroperasi. Pemeriksaan minyak trafo meliputi tegangan tembus, keasaman, busa. Apabila minyak sudah timbul tegangan saat diberi tegangan tembusnya, maka minyak pelumas tersebut harus diganti.

4. Pemantauan vibrasi

Saat ini pemantauan vibrasi banyak dilakukan untuk memonitor kondisi peralatan. Dengan melakukan pengukuran vibrasi pada titik titik yang telah ditentukan maka spectrum vibrasi yang terukur selanjutnya dianalisa untuk mengetahui adanya kelainan atau kerusakan yang mulai terjadi.

Pengukuran vibrasi peralatan dilakukan setiap minggu. Hasil pengukuran yang telah dianalisa disimpan menurut nama mesin untuk memudahkan penelusuran.

Data hasil pengukuran yang diambil setiap minggu dituangkan dalam bentuk grafik untuk melihat kecenderungan arah kerusakan yang akan terjadi.

Pengukuruan vibrasi pada bearing mesin dilakukan dalam arah radial maupun aksial. Berikut ini gambaran tentang kelainan yang terjadi dan spectrum vibrasi yang muncul.

a. Couple unbalance
Spektrum yang muncul pada couple unbalance adalah : -sudut fasa yang muncul adalah 180 derajat

- pada spectrum frekwensi 1 x RPM muncul dominant

- Amplitudo meningkat secara kwadrat dengan naiknya kecepatan

- Dapat juga muncul dalam arah aksial seperti halnya radial

b. Misalignment Bearing
Tanda vibrasi yang diakibatkan oleh bearing misalignment adalah:

-vibrasi yang muncul mirip dengan kejadian angular misalignment

- menimbulkan gearkan punter mendekati 180 derajat pada sudut pasa pada sisi yang saling berlawanan atau dari atas kebawah

c Angular Misalignment
Tanda vibrasi yang diakibatkan oleh bearing misalignment adalah:

- Karakteristik ditandai dengan tinggnya virasi dalam arah aksial

- Beda sudut fasa 180 derajat berubah terhadap coupling sisi hadapannya

- Biasanya vibrasi dominant tinggi pada 1x dan 2 x RPM arah aksial

- Gejala ini dapat pula juga diakibatkan masalah kopling.

d Pararel Misalignment
Tanda vibrasi yang diakibatkan oleh bearing misalignment adalah:

- Vibrasi arah radial mempunyai sudut fasa yang tinggi

- Pada beberapa kondisi yang buruk dapat menimbulkan harmonisa yang tinggi

- 2 x RPM sering kali lebih dominant dari 1 x RPM

- Gejala mirip dengan angular misalignment

- Desian kopling dapat mempengaruhi bentuk spectrum dan amplitudo

e Mecahnical Loosenes (Kelonggaran Mekanik)
Tanda vibrasi yang diakibatkan oleh mechanical loosenes adalah:

- Diakibatkan adanya kelonggaran pada baut

- Vibrasi dominant dari ½,1,2,3 x RPM

- Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya retak pada blok mesin maupun dudukan bearing

- Namun bila dudukan mesin yang longgar vibrasi yang dominant tinggi adalah di

- 1x RPM pada arah radial serta beda sudut fasa 180 derajat di upper dan lower structure

f Poros Bengkok (Bent Shaft)
anda vibrasi yang diakibatkan oleh poros bengkok adalah:

- Vibrasi arah aksial dominan tinggi

- 1 x RPM dominan jika bengkoknya di tengah poros

- 2 x RPM dominan jika bengkoknya di ujung poros

- Beda sudut fasa cenderung mendekati 180 derajat dalam arah aksial
6. Kesimpulan :
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bagaimana pemeliharaan preidktif dapat diterapkan dipembagkit listrik:

1. Pemeliharaan prediktif ini dapat dilakukan melalui pemantauan analisa minyak pelumas, distribusi temepratur dan pengukuran vibrasi. 2. Pemantauan dengan pemeliharaan prediktif sangat membantu manajemen didalam memprediksikan penggantian minyak pelumas, dan perbaikan insulasi dinding pelindung panas. 3. Pemantauan vibrasi pada peralatan motor-motor dan pompa sangat penting untuk mengurangi kerugian yang besar. 4. Perlu pelatihan yang memadai pada SDM yang menangani langsung kegiatan pemeliharaan prediktif agar analisa yang dilakukan menjadi lebih akurat.

[+/-] Selengkapnya...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


Retaknya pengelasan Cast Iron (Besi Tuang)  

Senin, 02 Juni 2008

Fenomena retak pada pengelasan Cast Iron (Besi Tuang) adalah merupakan fenomena yang tidak asing bagi para praktisi pengelasan. Oleh karena itu kami dari KBK Welding (Pengelasan) akan sedikit banyak ingin mendiskusikan lagi Bagaimana hal ini bisa terjadi serta fenomena Metalurgy apa yang tekandung pada material tersebut.

APAKAH BESI TUANG (CAST IRON) ITU ???

Secara umum Besi Tuang (Cast Iron) adalah Besi yang mempunyai Carbon content 2.5% - 4%. Oleh karena itu Besi Tuang yang kandungan karbonnya 2.5% - 4% akan mempunyai sifat MAMPU LASNYA (WELDABILITY) rendah. Karbon dalam Besi Tuang dapat berupa sementit (Fe3C) atau biasa disebut dengan Karbon Bebas (grafit). Perlu di ketahui juga kandungan FOSFOR dan SULPHUR dari material ini sangat tinggi dibandingkan Baja.

Ada beberapa jenis Besi Tuang (Cast Iron) yaitu :

1. BESI TUANG PUTIH (WHITE CAST IRON).
Dimana Besi Tuang ini seluruh karbonnya berupa Sementit sehingga mempunyai sifat sangat keras dan getas. Mikrostrukturnya terdiri dari Karbida yang menyebabkan berwarna Putih.

2. BESI TUANG MAMPU TEMPA (MALLEABLE CAST IRON).
Besi Tuang jenis ini dibuat dari Besi Tuang Putih dengan melakukan heat treatment kembali yang bertujuan menguraikan seluruh gumpalan graphit (Fe3C) akan terurai menjadi matriks Ferrite, Pearlite dan Martensite. Mempunyai sifat yang mirip dengab Baja.

3. BESI TUANG KELABU (GREY CAST IRON).
Jenis Besi Tuang ini sering dijumpai (sekitar 70% besi tuang berwarna abu-abu). Mempunyai graphite yang berbentuk FLAKE. Sifat dari Besi Tuang ini kekuatan tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya rendah sekali (Nil Ductility).

FAKTOR-FAKTOR APA YANG MEMPENGARUHI SIFAT MAMPU LAS (WELDABILITY) PADA MATERIAL INI ???

1. Ketegangan saat pendinginan.
Secara teori pengelasan (welding) material las (logam las / weld metal) akan berkontraksi selama pendinginan. Karena kerapuhan dari besi tuang inilah kontraksi cast iron mempunyai kemampuan yang lebih rendah dibandingkan Baja.
2. Bentuk yang tidak beraturan.
Umumnya Besi Tuang ini dibuat dalam bentuk yang tidak berarturan atau boleh saya bilang artistic. Dengan adanya bentuk yang rumit besi tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal ini akan mempengaruhi konstraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut dan mudah terjadi retak dan perlu diingat juga yang melatarbelakangi ini adalah sifatnya yang mempunyai daya lentur yang sangat rendah.
3. HAZ yang keras.
HAZ pada Besi Tuang yang berdekatan dengan Weld Metal akan mempunyai sifat yang KERAS. Pengerasan ini diakibatkan oleh adanya bagian HAZ yang tidak ikut mencair.
4. Pengikatan Karbon dari Base Metal.
Akibat Pengelasan Besi tuang yang tercampur dengan Base Metal akan menyebabkan terjadinya pengikatan KARBON pada WELD METAL sehingga menyebabkan peningkatan kandungan SULFUR dan PHOSPOR.dalam WELD METAL tersebut.
5. Penyerapan Minyak pada Besi Tuang.
Karena bentuk kareketeristik material ini rata-rata berpori maka kemungkinan terjadinya peresapan minyak dalam graphite yang menyebabkan porositas pada logam las. Biasanya sering dialami oleh temen praktisi welding, repair pada saat maintenance.


Demikian wacana yang bisa saya tampilkan, mohon kritik dan saran

[+/-] Selengkapnya...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


 

Design by Amanda @ Blogger Buster